hobi ke museum ato jalan-jalan ke distrik bersejarah sebuah kota... hampir semua temenku mengetahui hobiku itu, beberapa menganggapku aneh, he3x.
dulu ketika aku masih di Malang, mengunjungi kawasan Kota Tua Jakarta bagaikan sebuah mimpi. mungkin aku berjodoh dengan Batavia, sekarang itu semua bukanlah sebuah mimpi lagi... tapi penjelajahan untuk memuaskan dahaga ku dalam merasakan atmosfer tempo doeloe. hah! beruntungnya aku.
duduk dan menikmati Taman Fatahillah, imajinasiku menjelajah setiap sudutnya dan membayangkan aktivitas pada masa lalu. memasuki setiap bangunan kolonialnya yang sekarang difungsikan sebagai museum. membuktikan apa saja yang pernah aku baca dan aku lihat di televisi sebelumnya.
tidak disitu saja, aku mengunjungi Taman Prasasti. museum batu nisan itu melayangkan imajinasiku tentang bagaimana kehidupan si empunya nisan di masa hidupnya. beberapa nisan atau prasasti diberikan penjelasan oleh pihak museum, hanya beberapa tokoh penting yang terkait dengan sejarah Jakarta. penjelasan singkat dan tidak mendetil, sehingga masih menyisakan misteri. aku memilih tidak menggunakan jasa pemandu yang penuh pamrih, padahal yang diterangkan hanyalah hapalan luar kepala dari textbook yang bisa aku baca sendiri.
hingga puncak Monas pun sudah kugapai setelah mengantri lama seperti antrian sembako di film dokumenter Pancasila Sakti, he3x.
lucunya... dari Festival Malang Kembali 2009 aku menemukan serpihan kisah Batavia. sebuah edisi ulang tahun ke-25 majalah Intisari yang menyajikan Kisah Jakarta Tempo Doeloe.
"buku bagus", pikirku.
"buku langka!", kata si penjual... hah! sebuah 'bahasa marketing' dan dia berhasil meyakinkanku membeli koleksinya.
membaca buku langka itu seakan menjawab rasa penasaranku dari Taman Prasasti.. Kapiten Jass dan Pieter Eberveld terjawab sudah.
tak hanya itu, dia juga menceritakan tentang Harmoni... sebuah landmark tempo doeloe yang terabadikan namanya saja. kali yang membelah jalan itu dulunya bernama Molenvliet yang merupakan kali swasta dengan aturan jalan tol bagi yang melaluinya. kalo sekarang aktivitas transportasinya bertambah dengan box central busway Harmoni, he3x...
Hotel des Indes... yang namanya baru aku dengar pertama kali dari judul mp3 yang dikirim Zam melalui email.
tak menyesal aku membelinya.
perasaanku saja atau aku memang berjodoh dengan Batavia? seorang teman meminjamkan bukunya padaku, menurutnya aku pasti senang membacanya. Rahasia Meede: Misteri Harta Karun VOC. temanku bilang ini DaVinci Code-nya Indonesia dengan setting Kota Tua Jakarta dan beberapa detil sejarah kemerdekaan Indonesia.
dia benar, aku suka sekali ceritanya. cerita yang aku harapkan ada di Indonesia, ketika pertama kali aku menonton film DaVinci Code... andaikan ada kisah serupa tapi settingnya di Kota Tua Jakarta dengan isu terowongan dan bunkernya.
untung aku sudah pernah mengunjungi tempat-tempat yang menjadi setting novel itu (kecuali Pulau Onrust).
untung sebelumnya aku sudah membaca Kisah Jakarta Tempo Doeloe yang memuat kisah tentang Kali Ciliwung yang airnya dulu diminum orang Belanda bahkan tanpa direbus terlebih dulu. tentang Phoa Bing Ham yang membuat kali-kali buatan dengan alasan komersial-ekonomis. bayangkan kali buatan di Harmoni dengan gondola di masa lalu (bukan gondola sih, tapi sampan, he3x).
membaca novel itu seperti membuktikan apa yang aku baca dari buku sebelumnya. padahal mungkin mereka berangkat dari fakta atau sumber yang sama.
aku tidak tau apakah kisah dalam novel tersebut nyata ataukah hanya imaji tanpa batas dari pengarangnya.
yang jelas novel itu seperti pemandu wisata tanpa pamrih yang selama ini aku tunggu untuk menuntun imajinasiku dalam menjelajah Kota Tua.
"orang yang aneh".
kadang aku berpikir mungkin yang dibilang temenku itu ada benarnya.
"terjebak pada masa lalu".
beberapa teman menambahkan untuk melengkapi komentarnya akan hobiku mengunjungi museum dan distrik bersejarah.
ha3x... bukan masalah buatku. sepertinya aku memang pengagum sebuah utopia tentang tatanan kota ideal Indonesia yang hanya terjadi di masa lampau. meski aku belum benar-benar memahami, he3x.
"museum dan distrik bersejarah merupakan spot bagus untuk foto-foto".
itulah pembelaanku ketika aku dibilang aneh oleh mereka-mereka yang tidak mengerti, ha3x. jauh di dalam hatiku aku merasakan kepuasan tersendiri, kepuasan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
dulu ketika aku masih di Malang, mengunjungi kawasan Kota Tua Jakarta bagaikan sebuah mimpi. mungkin aku berjodoh dengan Batavia, sekarang itu semua bukanlah sebuah mimpi lagi... tapi penjelajahan untuk memuaskan dahaga ku dalam merasakan atmosfer tempo doeloe. hah! beruntungnya aku.
duduk dan menikmati Taman Fatahillah, imajinasiku menjelajah setiap sudutnya dan membayangkan aktivitas pada masa lalu. memasuki setiap bangunan kolonialnya yang sekarang difungsikan sebagai museum. membuktikan apa saja yang pernah aku baca dan aku lihat di televisi sebelumnya.
tidak disitu saja, aku mengunjungi Taman Prasasti. museum batu nisan itu melayangkan imajinasiku tentang bagaimana kehidupan si empunya nisan di masa hidupnya. beberapa nisan atau prasasti diberikan penjelasan oleh pihak museum, hanya beberapa tokoh penting yang terkait dengan sejarah Jakarta. penjelasan singkat dan tidak mendetil, sehingga masih menyisakan misteri. aku memilih tidak menggunakan jasa pemandu yang penuh pamrih, padahal yang diterangkan hanyalah hapalan luar kepala dari textbook yang bisa aku baca sendiri.
hingga puncak Monas pun sudah kugapai setelah mengantri lama seperti antrian sembako di film dokumenter Pancasila Sakti, he3x.
lucunya... dari Festival Malang Kembali 2009 aku menemukan serpihan kisah Batavia. sebuah edisi ulang tahun ke-25 majalah Intisari yang menyajikan Kisah Jakarta Tempo Doeloe.
"buku bagus", pikirku.
"buku langka!", kata si penjual... hah! sebuah 'bahasa marketing' dan dia berhasil meyakinkanku membeli koleksinya.
membaca buku langka itu seakan menjawab rasa penasaranku dari Taman Prasasti.. Kapiten Jass dan Pieter Eberveld terjawab sudah.
tak hanya itu, dia juga menceritakan tentang Harmoni... sebuah landmark tempo doeloe yang terabadikan namanya saja. kali yang membelah jalan itu dulunya bernama Molenvliet yang merupakan kali swasta dengan aturan jalan tol bagi yang melaluinya. kalo sekarang aktivitas transportasinya bertambah dengan box central busway Harmoni, he3x...
Hotel des Indes... yang namanya baru aku dengar pertama kali dari judul mp3 yang dikirim Zam melalui email.
tak menyesal aku membelinya.
perasaanku saja atau aku memang berjodoh dengan Batavia? seorang teman meminjamkan bukunya padaku, menurutnya aku pasti senang membacanya. Rahasia Meede: Misteri Harta Karun VOC. temanku bilang ini DaVinci Code-nya Indonesia dengan setting Kota Tua Jakarta dan beberapa detil sejarah kemerdekaan Indonesia.
dia benar, aku suka sekali ceritanya. cerita yang aku harapkan ada di Indonesia, ketika pertama kali aku menonton film DaVinci Code... andaikan ada kisah serupa tapi settingnya di Kota Tua Jakarta dengan isu terowongan dan bunkernya.
untung aku sudah pernah mengunjungi tempat-tempat yang menjadi setting novel itu (kecuali Pulau Onrust).
untung sebelumnya aku sudah membaca Kisah Jakarta Tempo Doeloe yang memuat kisah tentang Kali Ciliwung yang airnya dulu diminum orang Belanda bahkan tanpa direbus terlebih dulu. tentang Phoa Bing Ham yang membuat kali-kali buatan dengan alasan komersial-ekonomis. bayangkan kali buatan di Harmoni dengan gondola di masa lalu (bukan gondola sih, tapi sampan, he3x).
membaca novel itu seperti membuktikan apa yang aku baca dari buku sebelumnya. padahal mungkin mereka berangkat dari fakta atau sumber yang sama.
aku tidak tau apakah kisah dalam novel tersebut nyata ataukah hanya imaji tanpa batas dari pengarangnya.
yang jelas novel itu seperti pemandu wisata tanpa pamrih yang selama ini aku tunggu untuk menuntun imajinasiku dalam menjelajah Kota Tua.
"orang yang aneh".
kadang aku berpikir mungkin yang dibilang temenku itu ada benarnya.
"terjebak pada masa lalu".
beberapa teman menambahkan untuk melengkapi komentarnya akan hobiku mengunjungi museum dan distrik bersejarah.
ha3x... bukan masalah buatku. sepertinya aku memang pengagum sebuah utopia tentang tatanan kota ideal Indonesia yang hanya terjadi di masa lampau. meski aku belum benar-benar memahami, he3x.
"museum dan distrik bersejarah merupakan spot bagus untuk foto-foto".
itulah pembelaanku ketika aku dibilang aneh oleh mereka-mereka yang tidak mengerti, ha3x. jauh di dalam hatiku aku merasakan kepuasan tersendiri, kepuasan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
5 comments:
menurutku, kamu tidak terjebal pada masalalu tapi respect terhadap masa lalu. dan itu adalah minat yang menyenangkan. akupun baru saja selesai menelusuri jalur utara dan selatan pulau jawa. kelilingi Jawa, menelusuri perjalanan hidup walisongo dan kekuasaan mistis pantai selatan... amat menarik!
@om MT: menyenangkan ya mas, menelusuri sejarah itu ^_^
coba cari di youtube dengan keyword "old batavia". you will see a history there.. :)
yang menarik dari berkunjung ke masa lalu mungkin adalah kenyataan bahwa begitu banyak cerita dari orang-orang yang hidup di masa lalu.
membayangkan apakah mereka pernah berpikir bahwa cerita hidupnya dan apa yang mereka buat kemudian membuat kita berpikir tentang mereka.
heahhhh..
hobi jalan jalan juga ya kak?
sama dong ama ambo..
apalagi jalan jalan ke tempat bersejarah kek museum gitu..
keinget jaman perang dulu'..
gimana kabarnya ni?
Post a Comment