Shocked.. yup. Denying.. yup. Anak-anak gimana.. orang serumah gimana..
Jadi guys, dalam masa pandemi virus corona ini dan sambil nunggu vaksinnya ditemukan.. ikutin anjuran pemerintah dan sosialisasinya which is 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak), #tetapdirumah tahan diri untuk tidak jalan-jalan. Jika keluar rumah karena harus beli sesuatu yang ga bisa di-cover layanan pesan-antar, atau karena harus keluar rumah karena-kalo-ga-bisa-stress-di-rumah maka kembali ke disiplin 3M tadi. Selain itu ada 3T (testing, tracing, treatment).
Ceritanya karena temen ada yang terkonfirmasi positif covid-19 dan sempat kontak meski kami menerapkan 3M, jadinya saya test swab PCR. Karena saya swab, maka suami test swab juga, just to be safe. Selama menunggu hasil test, kami isolasi mandiri dan jaga jarak dengan anak-anak dan orang tua di rumah.
Hari 1 : 19 Nov 2020 saya dan suami tes swab PCR di lab berbeda
Alhamdulillah
kami berdua dalam kondisi sehat, tidak ada gejala seperti: batuk, pilek, demam,
sesak napas, nafsu makan hilang, indra penciuman hilang, dll. Karena menunggu
hasil swab, kami pun work from home.
Hari 2 : hasil saya keluar, POSITIF covid-19
Kaget dong.
Nyangkal dong.. ga percaya sama hasilnya. Menetes lah air mata karena
ngebayangin anak-anak kena juga ga nih, orang tua kena juga ga ya.. setelah
saya info hasilnya, suami gercep yang tadinya isolasi mandiri kami di lantai 2
dan yang lain di lantai 1, langsung disinfektan barang-barang yang sempat saya
pegang di lantai 1 dan 2. Pembatasan area gerak saya hanya sebatas kamar tidur,
kamar mandi, teras, semuanya di zonasi. Semua kebutuhan saya dimasukkan kamar,
galon air minum, piring-gelas-sendok, meja kerja, dll. Lapor ke RT. Diskusi
sama suami gimana-gimana nya. He’s the one who handled everything, sementara
istrinya masih shock dan butuh waktu untuk proses ini semua.
Suami tempel duck-tape di lantai untuk batas area yang boleh saya lewati. |
Kondisi saya
sehat meski bosan di dalam kamar. Cerita-cerita ama teman dekat biar terhibur.
Hari 4 : hasil suami keluar, NEGATIF
Hari 5 : saya
test swab PCR lagi
pas saya pergi
test, ternyata orang puskesmas datang. Orang tua saya yang jelasin bahwa saya
tidak ada gejala. tim Puskesmas menyarankan Isolasi mandiri di rumah dan memberikan obat untuk
saya minum.
Obat dari Puskesmas. |
Hari 7 : sore
hari hasil orang rumah keluar, NEGATIF semuanya. Alhamdulillah, lega banget. Orang tua baik-baik saja.
Malam harinya
hasil saya juga keluar, NEGATIF ! Alhamdulillah. super duper lega.
Lanjut diskusi sama suami, karena saya ada rasa menyangkal validitas lab tempat saya tes yang pertama, atau kemungkinan memang saya negatif sedari pertama, terlepas itu semua… Suami menegaskan hasil swab PCR saya yang pertama adalah Positif. Dan untuk tahu seseorang itu positif covid atau tidak, tes swab PCR yang paling pasti. Karena hasil rapid tes ataupun tes serologi tidak bisa mendeteksi detail seperti hasil tes swab PCR.
Meskipun saya sehat, maka saat ini saya adalah OTG (Orang Tanpa Gejala) dan harus melanjutkan isolasi mandiri selama 14 hari sejak hari 1 swab. Tujuannya ya daripada resiko menularkan buat orang serumah atau orang sekitar. End of discussion.
So guys, this virus is real. As real as the preventive action that we should do.
Hari 10 : hari ini, hari saya menulis ini.
Alhamdulillah
sehat. Masih isolasi mandiri di lantai 2. Sesekali nyapa anak-anak dari atas. Menghitung
hari, besok lusa bisa ngumpul sama anak-anak lagi.
“Hai mama… Kaia
sayang mama ya”, trenyuh ga sih denger gitu dari anak 4 tahun.
Sedangkan yang
bayi 11 bulan, seminggu ga ketemu gigi nya yang ke-4 udah numbuh!
Saya disini, suami disana. Situasi kami jika makan bersama atau ngobrol. |
Terima kasih atas doa dan support teman-teman yang sudah menyemangati agar cepat sembuh, cepat negative, dan mengingatkan untuk happy terus dan jangan stress.
Semangat sembuh
dan Bahagia selalu!
Dari saya yang masih
isolasi mandiri.
1 comment:
Syafakillah mbak, tetep semangaaat
Post a Comment