Pernahkah anda mengalami serangan panik seperti : rasa takut berlebihan, nafas menjadi cepat dan pendek, rasa bergoyang, kaki menjadi lemas bergetar, keluar keringat dingin, mual, perut merasa tidak enak, kesemutan yang mengiringi perasaan yang sebenarnya irasional. Anda mungkin mengalami serangan panik.
(medikaholistik.com)
Those kind of feeling, saya alami pertama kali kelas 4 SD. Saya engga tau alasannya apa, yang jelas saya merasa panik trus nangis sesenggukan. Waktu itu saya puas-puasin nangis, coz saya yakin setelah nangis saya pasti jadi lega. And yeah, I feel more better. Sewaktu ditanya ortu "ada apa?", blah... bingung mo jawab apa. Yang pasti jawaban "pengen nangis aja" ga akan memuaskan mereka. Akhirnya saya bilang kalo lagi inget and kangen ma kakek-nenek yang udah meninggal.
Tanpa alasan... apa iya tanpa suatu sebab mood bisa berubah jadi sedih dan panik. Apa iya tanpa suatu sebab bisa menyebabkan rasa ingin menangis. Jika harus mengatakan apa yang menyebabkan saya menangis, mmhh... speechless dah. Bisa jadi karena semuanya... semuanya yang udah sesek dalam pikiran. Dan usaha untuk mengingat kenapa saya menangis malah bikin sesek juga. Tapi yang saya rasain dengan pasti, setelah puas menangis.. dunno why, semuanya terasa lega. Meskipun itu tidak menyelesaikan masalah apa pun, tapi hati ini terasa lega.. plong! Terasa lebih semangat untuk menyelesaikan semua, coz everythings gonna be OK.
Buat saya, menangis tanpa alasan merupakan hal yang manusiawi. Bisa jadi karena beberapa alasan.
Alasan karena lelah dituntut untuk bisa berpikir secara dewasa dan lelah dianggap dewasa hanya karena umur yang sudah termasuk kategori dewasa secara fisik. Thats why sisi kekanakan dalam diri memberontak dan muncul dengan cara menangis.
Alasan karena pada suatu ketika capek menjadi seseorang yang ceria, tough dan fighter dan ketika sesekali bersikap melankolis hanyalah dianggap mungkin sedang harinya. Well, menangis menunjukkan adanya sisi yang rapuh dalam diri.
Alasan karena bosan berpikir dengan kepala dingin dan sesekali ingin meluapkan emosi, dengan menangis tentunya.
Alasan karena ingin menghindar sejenak dari sesuatu, ingin intropkesi sesaat, dan menertawakan diri sendiri. Menangis pun bisa melepaskan kegilaan pikiran alias stress.
Alasan karena kesepian dan menangis untuk memecahkan kesunyian.
Alasan karena lain-lain, lain-lain dan lain-lain.
Kapan terakhir saya menangis? Di semester 4, dipicu oleh sikap menyebalkan, tidak menghargai dan kurang pengertian dari beberapa teman sekelas saya. Saya bilang pada diriku, OK thats it!! Dan tanpa sadar saya udah menangis diam-diam di kamar. Sewaktu ditanya ortu kenapa.. saya cuma bilang bete ama temen, on the next day ortu jadi
ilfil ma temen saya itu. Di semester 5, acara menangis bersama yang menggelikan dan ga penting, untung itu di rumah temen jadi ga usah kasih penjelasan ke ortu kenapa saya menangis, karena alasannya bener-bener ga penting.
Sejak itu saya belum pernah menangis tanpa sebab lagi. Kenapa? Karena masih saya tahan. Karena sekuat tenaga saya mengendalikan diri. Mungkin karena belum terlalu nyesek, ato karena belum terpicu sesuatu. Alasan terbesar kenapa masih kuat menahan... karena saya malas menjawab pertanyaan "ada apa" dari ortu. I need a place to cry.. or maybe a shoulders to cry on without ask anything.
Curhat? Maksudnya kenapa saya ga curhat ke seseorang? No no, its different. Iya lah say melakukan curhat activity biar pikiran ga terlalu nyesek, yup I also do those sharing activity. Tapi beda rasa ama menangis tanpa sebab. Lebih lega rasanya kalo udah menangis.. menangis sepuas-puasnya tanpa memberi penjelasan kenapa kok menangis.
In our busy world, somehow we still need some private time for our soul.
(medikaholistik.com)
Those kind of feeling, saya alami pertama kali kelas 4 SD. Saya engga tau alasannya apa, yang jelas saya merasa panik trus nangis sesenggukan. Waktu itu saya puas-puasin nangis, coz saya yakin setelah nangis saya pasti jadi lega. And yeah, I feel more better. Sewaktu ditanya ortu "ada apa?", blah... bingung mo jawab apa. Yang pasti jawaban "pengen nangis aja" ga akan memuaskan mereka. Akhirnya saya bilang kalo lagi inget and kangen ma kakek-nenek yang udah meninggal.
Tanpa alasan... apa iya tanpa suatu sebab mood bisa berubah jadi sedih dan panik. Apa iya tanpa suatu sebab bisa menyebabkan rasa ingin menangis. Jika harus mengatakan apa yang menyebabkan saya menangis, mmhh... speechless dah. Bisa jadi karena semuanya... semuanya yang udah sesek dalam pikiran. Dan usaha untuk mengingat kenapa saya menangis malah bikin sesek juga. Tapi yang saya rasain dengan pasti, setelah puas menangis.. dunno why, semuanya terasa lega. Meskipun itu tidak menyelesaikan masalah apa pun, tapi hati ini terasa lega.. plong! Terasa lebih semangat untuk menyelesaikan semua, coz everythings gonna be OK.
Buat saya, menangis tanpa alasan merupakan hal yang manusiawi. Bisa jadi karena beberapa alasan.
Alasan karena lelah dituntut untuk bisa berpikir secara dewasa dan lelah dianggap dewasa hanya karena umur yang sudah termasuk kategori dewasa secara fisik. Thats why sisi kekanakan dalam diri memberontak dan muncul dengan cara menangis.
Alasan karena pada suatu ketika capek menjadi seseorang yang ceria, tough dan fighter dan ketika sesekali bersikap melankolis hanyalah dianggap mungkin sedang harinya. Well, menangis menunjukkan adanya sisi yang rapuh dalam diri.
Alasan karena bosan berpikir dengan kepala dingin dan sesekali ingin meluapkan emosi, dengan menangis tentunya.
Alasan karena ingin menghindar sejenak dari sesuatu, ingin intropkesi sesaat, dan menertawakan diri sendiri. Menangis pun bisa melepaskan kegilaan pikiran alias stress.
Alasan karena kesepian dan menangis untuk memecahkan kesunyian.
Alasan karena lain-lain, lain-lain dan lain-lain.
Kapan terakhir saya menangis? Di semester 4, dipicu oleh sikap menyebalkan, tidak menghargai dan kurang pengertian dari beberapa teman sekelas saya. Saya bilang pada diriku, OK thats it!! Dan tanpa sadar saya udah menangis diam-diam di kamar. Sewaktu ditanya ortu kenapa.. saya cuma bilang bete ama temen, on the next day ortu jadi
ilfil ma temen saya itu. Di semester 5, acara menangis bersama yang menggelikan dan ga penting, untung itu di rumah temen jadi ga usah kasih penjelasan ke ortu kenapa saya menangis, karena alasannya bener-bener ga penting.
Sejak itu saya belum pernah menangis tanpa sebab lagi. Kenapa? Karena masih saya tahan. Karena sekuat tenaga saya mengendalikan diri. Mungkin karena belum terlalu nyesek, ato karena belum terpicu sesuatu. Alasan terbesar kenapa masih kuat menahan... karena saya malas menjawab pertanyaan "ada apa" dari ortu. I need a place to cry.. or maybe a shoulders to cry on without ask anything.
Curhat? Maksudnya kenapa saya ga curhat ke seseorang? No no, its different. Iya lah say melakukan curhat activity biar pikiran ga terlalu nyesek, yup I also do those sharing activity. Tapi beda rasa ama menangis tanpa sebab. Lebih lega rasanya kalo udah menangis.. menangis sepuas-puasnya tanpa memberi penjelasan kenapa kok menangis.
In our busy world, somehow we still need some private time for our soul.
1 comment:
mengingat terakhir kali Anda menangis pada semester 5, saya jadi ikutan menangis... bukan menangis karena terharu, tetapi menangis karena tertawa terbahak2 mendengar alasan Anda menangis. Hahahaha...
kalo mengingat kapan terakhir kali saya menangis, bisa jadi kemaren malem. saya memang sangat mudah menangis, terutama kalau tertawa. engga melankolis sama sekali... tapi memang begitulah adanya. saya ngga pernah bisa menangis kalo lagi ada masalah. terakhir kali menangis waktu kakek saya meninggal. sedih aja, ditambah pemandangan orang2 yang menangis. jadi ikutan menangis...
loh? memang ngga bisa dipungkiri, semua orang pasti menangis. membuktikan kalo ngga ada orang yang benar2 kuat...
Post a Comment